Senin, 17 Agustus 2015

silvertongue

ini bahaya. aku kehilangan kemampuan silvertongue-ku. masih segar di ingatanku betapa aku menginginkan cuti selama dua bulan. selama beberapa waktu, kemampuanku itu mewujudkan keinginanku sehingga aku pun bekerja--tetapi sebenarnya tidak "terlalu bekerja"--dan itu nyaris sama persis dengan cuti.

aku pun juga masih ingat dengan kemampuanku itu aku sudah seperti necromancer yang bisa membangunkan kembali orang yang sudah mati. padahal, mantra yang aku rapalkan sekadar asal-asalan.

tetapi kini kemampuanku memudar. aku tidak sanggup menghadirkan keinginan atau melakukan sihir. aku hanya mampu menunggu keajaiban dari luar sana atau mungkin dari atas sana--arah yang mampu mendatangkan keajaiban yang dahsyat.

aku menunggu, mengira keajaiban sudah dekat. aku bersabar dan menduga ini hanya masalah waktu. namun... aku mulai lelah. keajaiban itu belum datang juga. aku berusaha menghidupkan kembali kemampuanku. ah, sia-sia... hampir mati aku dibuatnya. mungkin aku sekarang seperti zombi yang bisa bergerak tetapi tidak mempunyai roh.

oh, slivertongue-ku
oh, keajaiban

napasku kini terputus-putus, membuatku merasa yakin aku tidak mampu melanjutkan hidupku lebih jauh lagi. tetapi, kalau memang belum ajalku, tetap saja aku tidak akan mati. aku akan terus menjadi zombi. menjadi zombi itu menyiksa.

aku sebenarnya sangat ingin menjadi manusia normal. kalau aku pikir-pikir, menjadi zombi itu menjijikkan. ya, sama seperti hidupku ini. keadaan bisa begitu menjijikkan sampai-sampai aku ingin keluar darinya.

sampai kapan aku begini terus, terpaksa kehilangan silvertongue dan tidak berdaya menanti keajaiban. masih adakah cara lain untuk bahagia?

ya, terkadang masih ada sisa-sisa cara untuk berusaha menyenang-nyenangkan diri. aku alihkan saja perhatianku sejenak. tetapi yang menyebalkan, ketika tengah memalingkan diri dari hidup, aku terpaksa kembali dihadapkan dengan realita pahit. oh, yang benar saja. seakan-akan tidak ada sepotong tempat bagiku untuk bahagia dengan seorang diri saja.

lalu sekarang sebaiknya bagaimana? aku telah lelah karena kehilangan, penantian, dan upaya sia-sia. tidak tahu lagi harus berbuat apa...

adakah yang tahu???